Rabu, 22 Januari 2014

KARAKTER TUHAN UNTUK KBENGKITAN BANGSA

KARAKTER TUHAN UNTUK KBENGKITAN BANGSA
 
Jika sedikit menelaah tentang penciptaan alam semesta, akan kita temukan bahwa seluruh
benda memiliki tabiat, ciri, gaya, atau lebih mengena jika diistilahkan karakter.Setiap benda
memiliki Karakter. Dengan karakter inilah maka tercipta interaksi antar benda.
 
Kemampuan burung memanfaatkan aerodinamika untuk terbang ke tempat yang dituju,
merupakan karakter burung tersebut. Berputarnya planet mengelilingi matahari, adalah
karakter planet yang menjadi “anak” dari Matahari. Begitupula manusia mencintai lawan
jenis, adalah karakter seorang manusia normal yang mencurahkan hasrat biologis dan
kejiwaannya kepada orang yang dipilihnya. Karakter jenis ini adalah sesuatu yang dibawa
semenjak adanya benda yang dimaksud.
 
Tidak pernah ada burung yang membuka les untuk terbang. Tak ada planet mengikuti sekolah
berevolusi mengelilingi Matahari. Begitupula pada manusia, tidak memerlukan universitas
untuk mencintai lawan jenis. Tetapi karakter itu telah ada terbawa semenjak lahir dan bekerja
pada saatnya. Karakter itulah yang disebut dalam istilah psychology sebagai “Instinctive
Behaviour”, atau perilaku yg berdasarkan instink. Instink dilengkapi oleh Tuhan sebagai sang
Maha Pencipta pada benda yang diciptakannya.
 
Karakter disebut juga sebagai akhlak. Oleh karena itu Tuhan banyak disebut dalam bahasa
arab sebagai Al-Khalik, maha pemilik akhlak. Tuhan berkehendak agar seluruh benda
menurunkan akhlaknya. maka benda-benda yang diciptakannya disebut Makhluk. sehingga
seluruh makhluk dapat menjadi kepanjangan tangan Tuhan, menjadi refleksi dari karakter
Tuhan.
 
Dengan menurunkan karakter Tuhan, maka kehidupan di alam ini akan berjalan harmonis,
tidak akan saling menghancurkan, karena akhlak Tuhan adalah Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Bukti dari karakter ini dapat dilihat dari hubungan harmonis antara makhluk. Tak
ada satu makhluk pun yang berusaha memunahkan makhluk lainnya. Tak ada satu makhluk
yang gembira melihat adanya makhluk lain yang tertindas. Dan tak ada mahkhluk yang ingin
mencurangi makhluk lainnya. Jika ada, berarti makhkuk itu bukan sedang menjalankan
karakter Tuhan, tetapi karakter birahi ego yang merajai dirinya.
 
Bangsa kita adalah bangsa yang rindu akan karakter Tuhan dalan keseharian. Bangsa yang
mengharapkan hadirnya dominasi Tuhan sebagai satu-satunya kekuatan yang dapat
merekonsiliasi segala persilangan yang meresahkan.
Bangsa kita memiliki sila yang pertama dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
sebuah sila yang menjadi dasar berdirinya negara ini. Dan didunia, hanya ada 2 bangsa yang
menyandarkan Ketuhanan sebagai dasar negaranya, yaitu Indonesia dan Israel.
Para pendiri bangsa telah menyadari bahwa Ketuhanan adalah karakter yang dapat
mengangkat bangsa ini menuju kejayaan dunia. Bahkan Soekarno berseru bahwa bangsa inj
akan menjadi Mercusuar Dunia. Artinya sebagai bangsa yang menjadi pemandu
bangs-bangsa lain di dunia ini kepada perdamaian. Mereka menyadari bahwa cita-cita besar
itu dapat dicapai jika bangsa ini menjadikan karakter Tuhan sebagai satu-satunya jembatan
menujunya.
 
Pandangan para pendiri bangsa dahulu sangat tepat dalam memprediksikan masa kini.
Kondisi hari ini manusia sudah mulai meninggalkan karakter Tuhan. Mulai mencoba
mencurangi orang lain, mencuri hak rakyat dengan korupsi, menipu bangsa untuk bisa
mendapatkan posisi yang diinginkan, bahkan mengatas namakan Tuhan bagi keserakahan
amoral yang dilakukannya.
Hingga cita cita para pendiri bangsa untuk menjadikan bangsa mercusuar dunia yang telah
bersusah payah menghantarkan bangsa ini kepada pintu gerbang kemerdekaan harus
terkendala disebabkan perbuatan bangsa yang sudah mulai meninggalkan karakter Tuhan.
Ketimpangan merajalela di antara strata anak bangsa, terciptanya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin yang semakin hari semakin dalam, dieksploitasinya sumber daya alam 
oleh para pemodal asing sementara bangsa ini hanya mendapatkan remah remah roti saja,
harga nilai bangsa yang sudah tidak dipandang lagi sebagai negara yang dihormati oleh
bangsa lain, adalah fenomena yang sering kita saksikan dalam fenomena keseharian. padahal
bangsa ini ada memiliki selaksa kekayaan alam dan sumber daya manusia yang begitu hebat
yang belum pernah ada, belum pernah dimiliki oleh bangsa lain.
Mengapa fenomena yang tidak diinginkan ini dapat terjadi pada bangsa yang kaya ini?
Seolah bangsa ini miskin tidak punya apa apa, sebagai pelakon bangsa yang dikutuk Tuhan
bukan bangsa yang diberkati. Bukankah manusia adalah kepanjangan tangan Tuhan?
Bukankah akhlak Tuhan telah diturunkan dan harus dijalankan oleh manusia? Jika akhlak
Tuhan tidak lagi dipakai oleh manusia maka Tuhan pasti akan murka terhadap manusia
dengan didatangkannya berbagai macam kesulitan, kekurangan, kemiskinan, yang jika tidak
disadari kelalaian ini dan berlaku terus, maka manusia pasti akan menuju kepada kebinasaan.
Akhlak tuhan sesungguhnya adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh manusia. karena
disinilah letak hubungan antara manusia dengan Tuhan. Bahwa manusia tidak bisa atau tidak
layak melakukan akhlak selain akhlak Tuhan. Bahwa manusia adalah titisan dari karakter
Tuhan. Dan karakter Tuhan yang menjadi hulu dari segalanya adalah karakter kasih dan
sayang. dengan kata lain bangsa ini mengalami kemiskinan kasih sayang.
 
Mengapa kita harus berpangku tangan tatkala melihat orang lain membutuhkan pertolongan?
Mengapa kita harus bersembunyi tatkala orang lain kemalangan?Mengapa kita harus
bersenang-senang di atas penderitaan bangsa yang sedang mengalami kesusahan? Tidakkah
tergerak hati kita bahwa keluasan yang kita miliki sesungguhnya adalah milik mereka juga.
Mengapa kita masih mengharapkan sesuatu dari perbuatan baik yang kita lakukan? Apakah
pamrih terhadap manusia apapun pamrih kepada Tuhan? Kemana instink yang telah diberikan
Tuhan semenjak kita lahir?
Bukankah matahari bersinar tidak pernah meminta balasan? Bukankah udara yang kita hirup
dapat kita nikmati secara cuma-cuma? Bukankah kelahiran diri kita adalah bantuan dari
kemandirin alam juga? Itulah karakter Tuhan. Karakter yang selalu memberi tanpa
mengharap kembali. Karakter yang sesungguhnya telah ditunaskan pada diri setiap anak
manusia. Namun betapa beraninya manusia menumpas tunas itu, dan digantikan oleh tunas
“ilalang” yang akan membelit diri manusia itu sendiri.
Jika karakter Tuhan menjadi nafas bangsa, maka kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang
kekurangan, tidak akan pernah mengemis minta tolong kepada bangsa lain. Bangsa ini akan
menjadi bangsa mandiri, mampu membiayai segala keperluan dan melindungi warganya,
karena Tuhan yang akan mengayomi setiap sendi kehidupan bangsa ini. Dengan kata lain,
Tuhanlah yang akan menjadi pelindung bangsa ini dengan menjadi alat nya. Maka menjadi
sebuah kewajiban baginya untuk mengayomi bangsa ini.
Kita bisa menjadi polisi dunia yang akan mentertibkan segala kesemrawutan politik sosial
dan budaya dunia. Kita akan menjadi kubu dihormati, teknologi nya semakin maju dan
dicintai oleh seluruh manusia yang ada di dunia. Bangsa bangsa lain di dunia akan rindu akan
kehadiran kita, sebab keadilan yang terkandung dalam karakter Tuhan ditemukan pada
bangsa kita oleh bangsa bangsa lain yang “belum mengenal Tuhan”. Ini harus terjadi pada
bangsa kita, karena bangsa ini adalah bangsa yang ber-Tuhan.
Ini bukanlah khayalan, bukan isapan jempol. Karena sejarah membuktikan bahwa telah ada
pada komunitas terdahulu -yang telah melaksanakan karakter Tuhan- bisa bangkit dari
perbudakan dan penjajahan ideologi, menjadi bangsa pilihan Tuhan, Bangsa yang dicintai
oleh dunia. Marilah kita bumikan kembali karakter Tuhan dengan berkasih sayang kepada
sesama manusia dan makhluk lain tanpa melihat dari agama mana, suku atau golongan apa, 
agar kita bisa menjadi komponen sinergis dalam tatanan alam semesta ini. Sehingga
kehidupan sosial di bumi dapat mencapai muara yang Damai dan Sejahtera.
Berny Satria,
 

1 komentar: