Pernah gak sih kamu merasakan sekarang ini kita nggak punya tujuan-tujuan besar bangsa, kita nggak punya gagasan
raksasa untuk kita raih, di masa Bung Karno ada gagasan besar seperti :
"Membebaskan dunia yang terjajah" dimasa Suharto kita bermimpi sebagai
negara termaju di Asia, sementara sekarang kita tidak punya mimpi itu.
Hal yang kita bicarakan remeh temeh, identitas perbedaan jadi ajang tengkar, diskusi-diskusi publik jadi wacana yang murahan, tak ada lagi perdebatan di lingkungan publik soal Marx atau Lenin, tak ada lagi bahasa-bahasa romantika WS Rendra, tapi perdebatan-perdebatan kita soal berapa isteri kita, perselingkuhan dll.
Hal yang kita bicarakan remeh temeh, identitas perbedaan jadi ajang tengkar, diskusi-diskusi publik jadi wacana yang murahan, tak ada lagi perdebatan di lingkungan publik soal Marx atau Lenin, tak ada lagi bahasa-bahasa romantika WS Rendra, tapi perdebatan-perdebatan kita soal berapa isteri kita, perselingkuhan dll.
Tapi bagi saya Indonesia tidak berhenti hari ini, Indonesia
tidak menjadi mesin hantu yang menghuni pabrik-pabrik tua, Indonesia kita masih
ada untuk anak-anak bangsa masa depan. Kini tugas kitalah mengibarkan kembali
merah putih, mencintai Indonesia, mencintai sebuah negeri yang berdiri untuk
tujuan-tujuan besar, kemakmuran bagi rakyatnya.
Mencintai Indonesia bagi saya diawali dengan mendidik moral dan
karakter anak anak bangsa untuk ber ketuhanan yang maha esa, dengan mengenal
dan mencintai Tuhannya baru kemudian akan terbentuk manusia yang adil dan juga beradab,
adil dan beradab ukuranya bukan kesenangan semata tapi tapi sesuai dengan
fitrah manusia.
Mencintai Indonesia sekarang adalah mengajarkan kepada anak-anak
masa depan, untuk menghargai perbedaan suku, menghormati keyakinan lain agama,
mencintai tanah air, dan berupaya untuk menyatukan kan perbedaan nya ada,
Memang sulit menyatukan banyaknya perbedaan pendapat di setiap
rakyat indonesia, namun jalan musyawarah dengan dipimpin oleh hikmat dan
kebijaksanaan lah yang akan menjadi kuncinya,
Banyak Negara lain yang belajar ke Indonesia untuk mengetauhi
bagai mana menyatukan rakyatnya, karena di
negara lain dengan minimnya perbedaan saja masih banyak bentrokan antar warga,
namun di Negara kita ini dengan banyak suku dan perbedaan yang ada hanya
beberapa kasus bentrok antar suku, jika masih saja ada bentrokan pertanyaanya apakah
pemimpin bangsa ini sudah memimpin dengan hikmah dan kebijaksanaan?
Mencari pimimpin penuh hikmah dan kebijaksanaan memang sulit,
tapi bagi saya itu harus di pelajari dan dan di didik dari kecil, ini tugas
siapa ? Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau tidak dari sekaran kapan lagi?
Jika semuanya itu terpenuhi maka keadilan social dan
kesejahtraan bagi rakyat Indonesia pasti akan tercapai.
Jogja 121213